Aku Bersedia Mendampingimu ...

Maafkanlah bila ku selalu
membuat mu marah dan benci pada ku
kulakukan itu semua hanya untuk buat mu bahagia
mungkin ku cuma tak bisa pahami
bagaimana cara tunjukkan maksud ku


Saat ini aku sedang terdiam memandangi sebuah kursi usang yang tertata rapi di hadapan meja belajarku. Memori ku berpacu dengan teriknya matahari siang ini, hingga bulir-bulir keringat membasahi hampir seluruh tubuh ku. Hingga saat ini aku pun masih mengingat kata demi kata yang dulu pernah menjadi pengikat diantara kita, meskipun aku tahu itu hanya kemarin. Jika ada kata di atas lelah, mungkin kata itulah yang kurasakan saat ini. Mestinya kau menyadari beginilah cara aku menyukaimu, dengan segala keanehan pada diriku.

Seperti serpihan raut pensil, yang rela menjadi bagian terbuang agar pensil dapat menorehkan goresan-goresan indahnya pada selembar kertas putih, seperti itu pun aku menyukaimu. Aku tak bisa menyukaimu layaknya aku menyukai benda-benda kesukaanku yang selalu ku kenakan agar mereka tahu bahwa aku menyukainya, agar aku bangga dan mendapat pujian dari mereka yang juga suka akan benda-benda itu. Tidak, aku tidak bisa seperti itu.

Telah ku susun kata demi kata untuk membuat mu mengerti tapi entahlah, kau tak juga mengerti hingga aku pun kehabisan kata. Pernah terucap sebuah kalimat yang terpatri di keheningan malam itu, "Aku bersedia mendampingimu hingga kau menemukan seseorang yang tepat". Mungkin kau tak melihat bagaimana diriku, kau hanya melihat bagaimana diri mu saat ini. Biarlah kalimat itu menjadi serpihan bagian masa lalu kita atau hanya sekedar menjadi serpihan masa laluku. 

Keadaan seperti ini bukan lah yang terbaik, dan bukan seperti ini yang kuharapkan. Mungkin aku terlihat egois bahkan sangat egois, tapi beginilah diriku. Semoga hari esok mu akan lebih berwarna dari hari-hari kemarin, begitu pun dengan hari-hari ku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar