Take A Rest

Memori ini masih enggan beranjak dari kejadian malam itu, yahh entahlah tulang ini masih sering ngilu bila mengingatnya kembali. Sudah ku tetapkan hati ku pada satu pilihan dan lagi kau tetap bisa menggoyahkan pilihanku. Ku tuturkan setiap alasan yang terus mengusik dalam hati, ku tata kata demi kata agar kau bisa mengerti yang ku inginkan. 

Dalam setiap amarahku, dalam setiap rasa cemburuku, dalam setiap kesalku, ku selipkan satu kata yang selalu bisa mendamaikan hati, fakta yang selama ini tak pernah ingin ku pungkiri, ada rasa sayang yang terus tumbuh dalam jiwa ku.

Tidak mudah berada di sini, kau harus tahu itu. Bukan dengan segala keegoisan dan keangkuhan lantas mengatasnamakan cinta yang tulus dan suci.
Tidak mudah menapaki jalan-jalan yang berbatu dengan kerikil-kerikil yang tajam lantas dengan kata-kata maaf dan janji yang manis semua menjadi bekal untuk mengahadapinya.
Bukan kali pertama kita seperti ini, tanyakan pada langit senja, dia lebih tahu kapan air mataku tak dapat terbendung atas ulah mu.
Bahkan kau dapat menggoyahkan prinsip-prinsip yang selama ini ku junjung tinggi.
Bukankah kau mengetahui semua alasan yang mampu mempertahankan kita sampai saat ini.
Bukan menyalahkan mu atas setiap kekuranganmu, bukan.
Aku pun memiliki banyak kekurangan.

Perasaan ku ibarat sebuah cermin, awalnya cermin itu masih utuh, kita saling menjaganya.
Kemudian kau menghancurkan cermin itu, dan datang kembali untuk mengambilnya dengan bentuk yang utuh.
Aku berusaha mengumpulkan serpihan-serpihan cermin itu, hal ini tidak mudah. Banyak serpihan yang hampir hilang dan aku harus mencari lalu menyatukannya satu per satu.
Aku masih menatanya, namun kau kembali menghancurkan serpihan yang telah ku susun dengan sisa-sisa tenaga ku.
Aku butuh waktu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar